Engkau. Tulisanku kali ini masih bertemakan engkau. Semenjak
perkenalan kita, beberapa tulisan disini bermuara darimu. Karena aku tak punya
inspirasi lain. Aku hanya punya engkau.
Kau masih mengingatku? Apa kau masih mengenalku? Aku, adalah
seorang yang pernah kau buat jatuh sejatuh-jatuhnya di pelukmu. Aku adalah
orang yang kau ajari bagaimana mencinta. Aku, orang yang kau tenggelamkan dalam
imaji ketulusan. Tidak adakah orang lain yang mampu merubahku seperti ini
selain engkau.
Tak ingin berlama-lama, aku hanya ingin ucapkan terima
kasih. Terima kasih atas segalanya. Terima kasih telah mengajarkan cinta.
Terima kasih pula untuk patah hati yang sepatah-patahnya. Patah yang sakit.
Luka.
Permainanmu halus. Yang katanya kau menjaga komitmen, kau
jaga janji, mana buktinya? Yang kau bilang aku spesial, apa ini caramu
memperlakukanku sebagai orang yang kau spesialkan? Dengan membuatku sakit?
Dengan membuatku jatuh? Dengan membunuhku? Seenaknya saja kau bilang kau baru
tahu dia menyayangimu dengan sungguh. Seenaknya saja kau bilang kau memantapkan
hati untuk orang lain. Sebegitu mudahkah kau mengumbarnya? Seolah kau tak tahu
kau sedang bicara dengan siapa. Begitu naif engkau.
Kita tidak sedang baik-baik saja. Kita sedang berada di
situasi mencekam. Ada api menyulut di antara kita. Api yang kau buat. Api yang
perkasa berkobar membumihanguskan semuanya. Inikah yang kau mau? Inikah akhir
yang kau siapkan? Aku terlalu buta sampai tak bisa membaca langkahmu. Aku
terlalu mempercayakan semua padamu. Yang pada akhirnya aku terluka karena rasa
itu. Rasa yang kau minta tumbuh dan kutitipkan padamu.
Selamat, kau membunuhku. Sekarang adalah pilihanku untuk
bangkit atau terkubur. Enyahlah. Puaskah engkau dengan kematianku?
Comments
Post a Comment