Skip to main content

Sepucuk Surat untuk Hati yang Kelu

Senja hari ini masih tentang hujan. Hujan yang mengingatkanku tentang luka kala itu. Kenapa hujan datang bersamaan? Mungkin karena ia tahu, air tak boleh jatuh sendirian. Ia menjadi teman dari air yang jatuh di sudut mata. Air yang hadir karena... Ah sudahlah.

Hujan seolah bicara kepada hati. Ia melihat hati yang sendirian, bermandikan pilu di bawahnya, bercucuran pedih, hancur. Kasihan, pikirnya. Apa yang dapat dilakukan hujan agar hati kembali tersenyum? Tak ada. Hati tak semudah itu tersenyum sekarang. Ia sedang tidak seperti dulu. Ia sedang terluka. Luka yang memaksanya membatu. Entah hati bisa kembali seperti sedia kala atau ia akan buta. Tidak menutup kemungkinan, ia akan menjadi batu selamanya. Tak percaya akan cinta. Trauma yang dialaminya seakan merobek semuanya menjadi kepingan abu. Tak berguna.

Kepada sepotong hati yang tersisa, kepadamu aku berkata maaf. Maafkan aku tak mampu merawatmu sebagaimana engkau pernah mencinta mati-matian kepada seseorang. Aku tak bisa membuatmu utuh. Aku hancurkan kesejukanmu. Aku mematahkanmu. Tak layak aku disini bila tak mampu menghidupkanmu. Saat ini aku merasa bahwa aku adalah manusia tak berguna di dunia. Teganya kubunuh hati sendiri yang jatuh dengan sungguh dan utuh kepada seseorang. Tak terbayang betapa sakit yang kau derita. Bagaimana aku harus menyembuhkanmu? Bicaralah.

Dan sepotong hati lain berkata, "Aku tidak patah. Aku tidak mati. Aku tidak pergi. Aku hanya terbuang dari imaji cinta yang tercipta olehmu wahai sang pemilik. Serpihan sepertiku tercipta karena engkau yang terlalu sakit menerima kenyataan. Engkau yang berpikir bahwa kau sedang kecewa, marah, tak percaya. Kau mencoba baik-baik saja padahal kau tahu tak begitu seharusnya. Kau memaksa tersenyum, padahal tak tahukah engkau tangis disini yang begitu ngilu? Sudahlah, tak usah kau pungut potongan-potongan hatimu yang patah sepertiku. Yang ada nanti membuat lukamu semakin ngilu. Biarlah aku seperti ini saja. Tak usah kau tengok arahku. Bawalah hati yang masih baik-baik saja. Kalau ada. Melangkahlah meski kau belum bisa memaafkan dan melupakan. Berusahalah."

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?