Skip to main content

Tentang Pagi yang Bertema Kehilangan

Kuawali hari dengan melihat sebentar foto dirimu. Tak terasa peluh basah seketika. Kutatap lekat bola matamu, senyummu, semua mengingatkanku akan masa itu. Hari dimana aku jatuh cinta padamu. Hari sewaktu kita bahagia. Tak jarang ada sedikit perdebatan, itu wajar. Kau marah, atau aku juga. Aku tersenyum sendiri mengingatnya. Kenangan bersamamu entah kapan aku bisa melupakannya. Entah aku bisa beranjak pergi atau hanya berada di satu titik menjemukan seperti sekarang. Aku belum berani melangkah. Aku bertanya pada diriku sendiri, dimana aku yang dulu. Aku yang sebelum kau hadir. Aku yang tak pernah selemah ini.

Hariku sekarang begitu kosong. Berangkat kerja, tak ada semangat. Pulang kembali ke kos. Sesekali pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Melihat senja misalnya atau pergi ke toko buku. Sampai di kos, aku terdiam. Waktu paling menakutkan sekarang adalah ketika aku terdiam karena semua memori tentangmu selalu berdatangan. Aku tak memintanya. Mereka datang begitu saja tanpa permisi. Saat itu aku harus berperang melawan segalanya. Tetap saja aku kalah. Aku lemah. Kau, apa yang kau tanam sampai aku bungkam?

Kau bilang melupakan pelan-pelan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku melakukannya sementara kau terus muncul, dalam bentuk apapun. Kau masih melekat kuat disini. Kau masih menjadi isi yang pas melengkapi hati. Kau masih menjadi laut untuk kutujukan rindu. Dari sinilah rasa itu bermuara. Dan muara itu tak pernah kering. Ia alirkan candumu ke berbagai sudut tubuhku. Apakah aku semenderita ini? Apakah jatuh cinta harus sesakit ini?

Ini bukan tentang patah hati atau jatuh cinta. Ini hanya celoteh seorang anak yang dilanda badai gelisah. Ia tak tahu kemana harus melangkah. Mimpi-mimpi yang ia bangun kini antah berantah. Bukan ia kehilangan seseorang, ia hanya kehilangan dirinya sendiri. Senyumnya memudar. Tatap matanya hampa. Langkahnya goyah. Ia begitu lemah. Rapuh.

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?